Saturday, June 25, 2011

Sex, Lies, and Videotape (1989)

"Sex, Lies, and Videotape" merupakan sebuah film independen ditahun 1989 yang ditulis dan disutradarai oleh Steven Soderbergh. Film ini diproduseri oleh John Hardy dan Robert Newmyer, dan dibintangi oleh James Spader, Andie MacDowell, Peter Gallagher, dan Laura San Giacomo. Film yang di distribusikan oleh Miramax Films ini dirilis pada tanggal 18 Agustus 1989.

Penulis/ sutradara Soderbergh, yang terkenal lewat film Erin Brockovich (2000), Traffic (2000), Ocean's Eleven (2001) dan dua sekuelnya mengawali debut penyutradaraannya melalui film drama pemenang Palme d'Or dan penghargaan Aktor Terbaik di Festival Film Cannes pada 1989 ini. Bukan itu saja, ia juga mencatatkan namanya sebagai sutradara termuda yang pernah memperoleh penghargaan itu, yaitu 26 tahun. Dan yang ditulis dalam tempo delapan hari dan pengambilan gambar selama lima minggu serta bujet yang hanya $1.2 juta saja, film ini telah menorehkan sejarah dalam industri film independen dengan keberhasilan menarik para penonton film-film mainstream/ major label untuk menyaksikan film indie berskala kecil ini. Terbukti pada akhir penayangan di Amerika mendapati keuntungan sebanyak $24 juta lebih. Dan MacDowell, dalam peran utama ketiganya setelah St. Elmo's Fire (1985) dan Greystoke: The Legend of Tarzan (1984).

Ringkasan Cerita

Ann Millaney (Andie MacDowell), seorang istri sempurna yang terperangkap dalam perkawinan yang membosankan (nyaris tanpa seks) dengan John Mullany (Peter Gallagher), seorang pengacara yang ambisius dan egois. Tanpa sepengetahuan Ann, John ternyata menjalin hubungan dengan saudari Ann yang bawel, Cynthia (Laura San Giacomo). Namun perselingkuhan itu akhirnya terungkap setelah kedatangan seorang pria, Graham (James Spader), mantan teman sekolah John yang dapat membuat mereka bersikap jujur dan terbuka satu sama lain. Graham sendiri secara mengejutkan ternyata adalah lelaki yang jauh dari sempurna. Ia menyimpan satu koper penuh kaset-kaset video yang berisikan rekaman pengakuan puluhan wanita tentang rahasia seksual mereka. Belakangan diketahui bahwa Graham menderita impotensi dan satu-satunya cara agar ia memperoleh kepuasan seksual adalah dengan menyaksikan kembali rekaman tersebut. Yang jadi pertanyaan adalah... bagaimana caranya membuat semua orang ini terbuka dan jujur kepadanya?

Dialog-dialog yang ditulis oleh Soderbergh ditampilkan secara cerdas dan blak-blakan oleh para pemain dengan kemampuan akting menakjubkan. Mantan model, MacDowell memberikan salah satu penampilan terbaiknya sebagai gadis Selatan, San Giacomo dan Gallagher pun tak kalah bagusnya. Tapi pujian terbesar paling layak diberikan kepada Spader, mantan aktor remaja; Pretty in Pink (1986) dan Less Than Zero (1987) yang menghadirkan akting yang mendalam dengan sensitivitas tinggi. Soderbergh dan kwartet-nya ini memang pantas dicatat dalam sejarah perfilman Hollywood.

Friday, June 24, 2011

Stand by Me (1986)

"Stand by Me" merupakan sebuah film drama- petualangan ditahun 1986 yang disutradarai oleh Rob Reiner yang di adaptasikan dari novel berjudul The Body karya Stephen King. Film yang skenarionya ditulis oleh Bruce A. Evans bersama Raynold Gideon serta diproduseri oleh Evans dan Andrew Scheinman ini dibintangi oleh Wil Wheaton, River Phoenix, Corey Feldman, Jerry O'Connell dan Kiefer Sutherland, dan dirilis terbatas pada tanggal 8 Agustus 1986, serta pada tanggal 22 Agustus secara luas.


Ringkasan Cerita


Empat sahabat merasa bosan dengan liburan musim panas 1959, mereka yang hanya nongkrong-nongkrong saja di rumah pohon dan memutuskan untuk bertualang: mencari mayat bocah laki-laki yang telah dilaporkan hilang.

Terdiri dari Chris Chambers (River Phoenix), seorang anak dari keluarga penjahat dan pecandu alkohol, ia adalah sang pemimpin yang cerdas dan berani, walau sebetulnya ia memiliki banyak kecemasan akan masa depannya akibat ayahnya yang gemar memukul dan reputasi abangnya yang buruk. Si kutu buku Gordie Lachance (Wil Wheaton), sejak abangnya Denny (John Cusack) yang merupakan bintang sepakbola populer tewas dalam kecelakaan, ia menjadi diabaikan oleh orangtuanya sehingga Gordie menjadi anak yang tidak banyak bicara. Lalu ada Teddy Duchamp (Corey Feldman), anak dari seorang pria dengan gangguan jiwa yang setiap saat selalu menyakitinya, sampai-sampai ia harus menggunakan alat bantu dengar karena telinganya cidera pernah ditaruh di kompor oleh ayahnya. Terakhir adalah Vern Tessio (Jerry O'Connell), bocah gemuk dan ceroboh yang sering diganggu oleh abangnya.

Dalam perjalanan mencari mayat tersebut, keempat anak ini juga secara tidak sadar menemukan jati diri mereka sendiri. Masing-masing dengan caranya sendiri harus menghadapi ketakutannya, namun tidak sendirian; mereka berempat saling memiliki teman untuk berpegang dan bersandar. Ditengah-tengah misi itu berbagai hambatan dan bahaya menghadang mereka, selain pria mabuk dan anjingnya yang menakutkan, mereka juga senantiasa diganggu oleh Ace Merril (Kiefer Sutherland) bersama gengnya, termasuk abang Chris, Eyeball (Bradly Gregg).

Klimaks terjadi di saat-saat akhir, ketika Chris dkk berhasil menemukan mayat si anak hilang. Namun belum selesai merayakan kesuksesan tersebut, mereka dihentikan oleh Ace dan gengnya. Selama ini Chris, Gordie, Teddy dan Vern selalu dihantui ketakutan tiap berhadapan dengan kelompok ini. Tapi berkat petualangan ini mereka berhasil menghadapi ketakutan dan menemukan keberanian dalam diri mereka untuk menjadi lebih kuat. Akhirnya mereka saling berdampingan untuk melawan Ace dan komplotannya.

Perjalanan tersebut tidak pernah terulang lagi dan mereka kemudian menjalani kehidupannya masing-masing. Dalam satu musim panas yang singkat, mereka mempelajari hal yang amat penting: bahwa rasa takut itu harus dibagi, bahwa rasa cinta itu harus dibagi, dan kita akan menjadi lebih kuat apabila saling mendukung.

(Sumber: Cinemags Magazine)

Thursday, June 23, 2011

Rain Man (1988)

"Rain Man" merupakan sebuah film drama ditahun 1988 yang ditulis oleh Barry Morrow dan Ronald Bass, disutradarai oleh Barry Levinson, dan diproduseri oleh Mark Johnson. Film yang dirilis pada tanggal 16 Desember 1988 ini di distribusikan oleh United Artists, dan dibintangi oleh Dustin Hoffman, Tom Cruise dan Valeria Golino.

Sejumlah penulis naskah dan sutradara ternama Hollywood telah ditawari untuk menangani naskah film ini sebelum akhirnya Levinson muncul. Banyak yang meyakini bahwa kisah tentang seorang pengusaha mobil bekas yang ingin menjalin persahabatan dengan abangnya yang menderita autis dalam sebuah perjalanan melintasi Amerika demi warisan jutaan dollar yang ditinggalkan ayah mereka, terlalu sulit untuk diangkat ke layar lebar. Jangankan pihak luar, bahkan kedua bintang utamanya Cruise dan Hoffman, turut menyangsikan kesuksesan film ini. Untunglah Levinson tidak membuat alur yang terlalu didramatisir, melainkan ia lebih memfokuskan diri terhadap pengembangan karakter tokoh-tokoh utamanya, yang akhirnya menjadi 'nafas' dari film ini.

Film ini memenangkan empat Oscar di Academy Awards ke-61 (Maret 1989), termasuk Best Picture, Best Original Screenplay, Best Director, dan Best Actor in a leading role untuk Hoffman.

Ringkasan Cerita

Charlie Babbitt (Tom Cruise), seorang pemilik dealer mobil di Los Angeles, sedang mengalami masalah keuangan ketika ia mengetahui bahwa ayahnya yang kaya raya meninggal dunia yang juga meninggalkan warisan properti bernilai jutaan dolar, bukan kepadanya, melainkan pada saudara yang ia tidak pernah ketahui keberadaannya. Betapa emosinya Charlie setelah ia mendapati bahwa uang itu jatuh ke tangan sang abang yang penderita autis, Raymond Babbitt (Dustin Hoffman), yang ada di rumah sakit jiwa. Tanpa sepengetahuan perawat, Charlie yang hanya memikirkan bagaimana cara mendapat uang itu lalu menculik Raymond untuk dibawa ke pengacaranya di LA agar ia mendapatkan hak asuh atas abangnya dan memiliki wewenang akan kekayaannya.

Karena Raymond takut sekali naik pesawat terbang, maka mereka berdua akhirnya menggunakan mobil untuk melakukan perjalanan lintas Amerika dari Ohio ke LA. Dalam perjalanan itulah terjadi peristiwa-peristiwa lucu sekaligus mengharukan yang membuat Charlie dapat lebih memahami Raymond dan malah menumbuhkan rasa sayangnya kepada sang abang. Charlie belajar tentang autisme yang diderita Raymond, yang awalnya percaya dapat disembuhkan. Charlie juga belajar tentang bagaimana awalnya sang kakak terpisah dari keluarganya, yang akibat dari kecelakaan Raymond ditinggalkan sendirian bersamanya ketika dia masih bayi. Charlie juga belajar ketika ia masih muda, Raymond sering menyanyikan lagu "I Saw Her Standing There" dari The Beatles, yang mendorong Charlie untuk menyadari bahwa Raymond adalah sosok pelindung saat ia masih kecil, yang ia ingat sebagai temannya bernama "Rain Man".

Akting kelas satu dipertontonkan Hoffman dalam film ini. Ia mampu menangkap karakter seorang penderita autis dalam perannya tanpa terlihat berlebihan dan aneh. Penonton pun dibuatnya geli dan kadang terharu dengan perilaku Raymond yang seperti anak-anak, meski memiliki kemampuan matematika yang jenius. Tidak kalah hebat adalah permainan dari Tom Cruise yang dapat mengimbangi akting seniornya, sebagai pemuda 'dangkal', egois, pemarah yang berubah 180 derajat justru karena abangnya yang menderita autis.

A Passage to India (1984)

"A Passage to India" merupakan sebuah film drama ditahun 1984 yang ditulis dan disutradarai oleh David Lean. Skenario yang ditulis merupakan adaptasi dari sebuah novel yang terbit tahun 1924 dengan judul sama karya E.M. Forster. Film yang dirilis pada tanggal 14 Desember 1984 ini di distribusikan oleh Columbia Pictures, dan dibintangi oleh Judy Davis, Victor Banerjee, Peggy Ashcroft, James Fox dan Alec Guinness.

Lean adalah sutradara kawakan yang terkenal akan epik-nya berjudul The Bridge of the River Kwai (1957), Doctor Zhivago (1965) dan tentu saja Lawrence of Arabia (1962). Tapi setelah tahun 1970 ia vakum dari berkarir di dunia film dan baru muncul tahun 1984 dengan A Passage to India ini. Film ini telah memenangkan Oscar dalam dua kategori yaitu Best Supporting Actrees untuk Ashcroft dan Best Original Score, dan juga memperoleh 6 nominasi dalam kategori lainnya.

Ringkasan Cerita

Berseting tahun 1920 selama Kekaisaran Inggris di India, Mrs. Moore (Peggy Ashcroft) dan Adela Quested (Judy Davis) baru saja datang dari Inggris ke India untuk mengunjungi anak Mrs. Moore: Ronny Heaslop (Nigel Havers). Satu hal mereka sadari bahwa antara warga Inggris dan India tidak terjalin hubungan yang harmonis. Dari teman mereka, Richard Fielding (James Fox), kedua wanita ini bertemu profesor India bernama Godbole (Alec Guinness), dan berkenalan dengan Dr. Aziz Ahmed (Victor Banerjee), seorang duda yang juga dokter yang sempat ketemu di sebuah masjid dekat Sungai Gangga, dengan cepat mereka berteman karena merasa cocok satu sama lain.

Dari perkenalan mereka, Aziz mengajak kedua wanita itu untuk berkeliling di India yang sebenarnya, bukan India versi penjajah, yakni mengunjungi gua di Marabar yang eksotis. Perjalanan berlangsung lama dan mereka membawa rombongan yang cukup banyak sebab tamu yang dibawa adalah orang Inggris yang kebiasaan hidupnya berusaha mereka pertahankan bahkan di perjalanan. Di gua itu terjadi kejadian yang misterius, Adele terluka dan Aziz dituduh sebagai pelakunya. Maka Aziz dipenjara dan sebuah persidangan disiapkan atas percobaan pemerkosaan, dan ini menjadi sebuah kasus panas antara warga India dan Penjajah Inggris.

Apakah Dr. Aziz bersalah dan bagaimana sudut pandang penjajah yang rasis bermain di pengadilan?

Dengan durasi dua setengah jam lebih Lean memanjakan mata dengan pemanangan India yang indah, filmnya terbagi dua, bagian pertama perkenalan dua wanita itu dengan Dr. Aziz dan bagian kedua pengadilan atas Dr. Aziz sendiri. Selain itu kritik sosial pada 'dosa' Inggris di India sangat kentara dalam film ini ketika Inggris yang merasa sebagai superior terlihat mempraktikkan rasisme secara halus. Dilokasi syuting banyak masalah, setelah Alec Guinness mengetahui bahwa banyak adegannya dipotong di ruang editing ia dan Lean tidak berteman lagi.

Wednesday, June 22, 2011

The Bridge on the River Kwai (1957)

"The Bridge on the River Kwai" merupakan sebuah film ditahun 1957 tentang Perang Dunia II yang disutradarai oleh David Lean dan diproduseri oleh Sam Spiegel. Film yang skenarionya ditulis Michael Wilson bersama Carl Foreman ini diadaptasi dari sebuah novel berjudul "The Bridge over the River Kwai" karya penulis dari Prancis; Pierre Boulle. Film ini dibintangi oleh William Holden, Alec Guinness, Jack Hawkins dan Sessue Hayakawa, dan dirilis pada tanggal 2 Oktober 1957 oleh Columbia Pictures.

Film ini berhasil memenangkan tujuh piala Oscar yaitu:
Best Picture (Sam Spiegel),
●Best Director (David Lean),
●Best Actor (Alec Guinness),
●Best Writing, Screenplay Based on Material from Another Medium (Michael Wilson, Carl Foreman, Pierre Boulle),
●Best Music, Scoring of a Dramatic or Comedy Film (Malcolm Arnold),
●Best Film Editing (Peter Taylor)

Best Cinematography (Jack Hildyard).

Ringkasan Cerita

Setelah Singapura yang berada di bawah kekuasaan Inggris menyerah di Perang Dunia II, sekelompok tentara Inggris disuruh berjalan kaki sampai ke Thailand untuk menjadi tawanan perang. Di kamp tawanan Jepang yang dipimpin Kolonel Saito (Sessue Hayakawa), mereka dipaksa menjadi pekerja untuk membangun jembatan di atas sungai Kwai untuk menjadi jalur kereta api baru. Jembatan itu akan menghubungkan Malaysia dan Thailand serta melancarkan jalur logistik Jepang untuk menyerang India.

Tapi, Saito berjumpa Kolonel Inggris yang keras kepala, Nicholson (Alec Guinness), yang mengingatkan Saito bahwa perwira tidak perlu melakukan hal itu sebab terikat Konvensi Jenewa. Sesuatu yang membuat Saito berang dan memenjarakan Nicholson serta perwira lainnya di sebuah gubuk seng yang panas tanpa makanan dan minuman. Lambat-laun, Saito sadar bahwa tanpa perwira Inggris, para tahanan Inggris sulit berkoordinasi. Dengan cerdik Saito lalu memberi amnesti pada Nicholson dan perwira lainnya serta patuh pada keinginan Nicholson.

Lalu bersama perwira lainnya, Nicholson membantu Jepang dalam membuat jembatan itu, bahkan ia bisa menegakkan disiplin pasukannya yang kendor. Nicholson sangat disiplin, bahkan seolah lupa diri bahwa dengan kedisiplinannya itu ia malah membantu musuh membangun infrastruktur militer.

Inti dari film ini adalah hubungan Saito dan Nicholson, dua tentara dengan perilaku dan latar belakang yang berbeda dan di pinggir ada kisah tentara Amerika yang berhasil kabur lalu mau kembali lagi bersama tim tentara Inggris untuk menghancurkan jembatan itu. Perang memang gila, membuat individu di dalamnya hilang akal sehat. Nicholson begitu terobsesi membangun jembatan sempurna dan sang tentara Amerika Serikat mau saja kembali ke hutan untuk menjalani misi bahaya. Ini memang mengenai perilaku dan logika manusia bisa berubah karena perang.

Inilah epik pertama Lean setelah sebelumnya menyutradarai Brief Encounter (1945), Oliver Twist (1948) dan Great Expectations (1946), dan ini menjadi semacam pembuka atas deretan film Lean lainnya yang bagus seperti Lawrence of Arabia (1962) dan Dr. Zhivago (1965). Tidak hanya akting yang bagus dari Alec Guinnes, skala syuting film ini juga fantastis di mana Anda akan melihat sebuah jembatan benar-benar dibangun untuk film ini.

Tuesday, June 21, 2011

Days of Heaven (1978)

"Days of Heaven" merupakan sebuah film drama romantis ditahun 1978 yang ditulis dan disutradarai oleh Terrence Malick dan diproduseri oleh dua bersaudara Bert dan Harold Schneider. Film ini dibintangi oleh Richard Gere, Brooke Adams, Sam Shepard dan Linda Manz. Film yang dirilis pada tanggal 13 September 1978 ini di distribusikan oleh Paramount Pictures dengan bujet sebesar US$ 3 juta pada waktu itu. Film ini memenangkan Academy Award untuk kategori Best Cinematography dan dinominasikan untuk kategori Costume Design, Original Score, dan Sound.

Cinta segitiga memang sebuah hubungan yang rumit dan memakan korban perasaan. Di tangan sutradara sinetron kisah seperti ini akan jatuh menjadi kisah membosankan tapi ditangan Terrence Malick, sutradara kelahiran tahun 1943 yang pernah berkarya lewat The Tree of Life (2011), kisah cinta segitiga menjadi sebuah kisah yang menghanyutkan dari segi sinematografi. Anda akan dimanjakan dengan pemandangan lapangan gandum yang disirami cahaya merah langit senja serta komposisi gambar yang pas.

Ringkasan Cerita

Berseting di awal abad 20, Bill (Richard Gere) dan Abby (Broke Adams) adalah sepasang kekasih, tapi karena mereka tidak menikah maka berbohong dengan mengatakan bahwa mereka adalah adik-kakak. Bill kabur bersama Abby dan adiknya Linda (Linda Manz) dari pekerjaannya sebagai buruh metal karena tak sengaja membunuh atasannya sendiri, lalu mengembara naik kereta api dan akhirnya berlabuh di sebuah pertanian gandum di Texas milik seorang petani kaya namun pemalu (Sam Shepard), dan bekerja sebagai pekerja musiman di pertanian itu. Mereka adalah orang miskin yang mau bekerja apa saja demi sesuap makanan.

Tak sengaja Bill mendengar percakapan bahwa pemilik pertanian itu sedang sakit dan sebentar lagi akan tutup usia, padahal ia masih muda. Maka Bill menyuruh Abby untuk mendekati pemilik pertanian yang kaya raya itu dan menikahinya, dengan tujuan harta tentunya. Pernikahan terjadi, tapi konflik tidak usai karena lambat laun Abby malah jatuh cinta pada suami barunya dan sang suami curiga bahwa Abby dan Bill sebenarnya bukan adik kakak apalagi sang suami ternyata malah tetap sehat.
Apa yang akan terjadi kemudian?

Dinarasikan oleh Linda, dan bukan narasi yang menceritakan isi filmnya seperti apa melainkan seperti catatan pinggiran yang puitis, filmnya sendiri minim dialog dan mengandalkan kekuatan gambar yang sunyi sebagai alat penceritaan.

Sinematografer Nestor Almendros mengambil inspirasi dari film bisu yang menggunakan sedikit cahaya serta lukisan-lukisan Johannes Vermeer, Edward Hopper dan foto-foto keadaan pada awal abad 20. Walau seting di Texas, tapi syuting dilaksanakan di Kanada dan rumah sang pemilik pertanian dibuat dari nol sampai bagian dalamnya. Ketika syuting Malick berkonflik dengan krunya sendiri yang tidak terbiasa dengan cara kerja Malick yang spontan.

Bahkan dalam satu kesempatan ia membuang naskah yang ada dan mengubahnya. Ketika syuting malah molor waktu dan bujet (editingnya sendiri menghabiskan waktu dua tahun) tapi hasil akhirnya malah dipuji para petinggi Paramount Pictures yang kagum dengan gaya visual Malick.