
Tragedi 11 September merupakan hal yang sensitif khususnya bagi warga Amerika Serikat. Maka, ketika lima tahun setelah tragedi itu dibuat film fiksinya, banyak reaksi bermunculan terutama dari keluarga korban yang saat itu merasa terlalu awal film mengenai serangan teroris di tanah Amerika Serikat itu untuk dituangkan ke layar lebar. Ditulis dan disutradarai Paul Greengrass, film ini tidak menyorot terlalu jauh pada politik dan perang melawan terorisme yang terjadi sesudah kejadian itu, melainkan hanya membatasi lingkupnya pada apa yang terjadi di penerbangan United 93 yang gagal diarahkan para pembajak menuju targetnya karena para penumpang di dalamnya melawan.
Dimulai dengan awal penerbangan, lalu bersaling silang dengan adegan di National Air Traffic Control Center, menara bandara dan ruang komando militer, tidak ada cerita latar karakter satupun. Dengan latar sempit seperti ini serta minim musik, filmnya mampu menyajikan ketegangan dan kengerian, apalagi ini berdasarkan kisah nyata walau dialog di dalam pesawat United 93 yang asli jatuh dan semua penumpangnya tewas. Keluarga dari 40 penumpang yang tewas dalam tragedi itu turut membantu proses syuting memberikan latar belakang para korban sehingga Greengrass bisa mendapatkan informasi tambahan.
Film ini juga tidak memasang satupun aktor terkenal bahkan nama karakternya juga tidak ditonjolkan, menandakan bahwa filmnya lebih menekankan pada usaha bersama, bukan layaknya drama aksi biasa. Selain itu para aktor yang memerankan teroris dan penumpang tidak dibaurkan ketika proses syuting. Hotel dan acara makannya juga dipisah agar ketika syuting ada suasana ketegangan asli yang bisa didapatkan. Pengatur lalu-lintas udara dalam film ini adalah pegawai asli yang terlibat saat kejadian yang sebenarnya.
(Sumber: Cinemags Magazine)
No comments:
Post a Comment