
Mengisahkan tentang tawanan perang di saat Amerika Serikat baru saja keluar Perang Dunia II memang tidak mudah. Bagaimana tidak, veteran perangnya masih hidup dan Amerika sedang dalam perang di Korea. Stalag adalah singkatan dari Stammlager, istilah bahasa Jerman yang berarti kamp tawanan perang. Setingnya tahun 1944 dimana di kamp tawanan itu ditahan ratusan tentara Amerika Serikat di bawah pengawasan Jerman. Uniknya Jerman menerapkan konvensi Jenewa di kamp itu. Walau begitu kasus tawanan yang kabur atau tewas bukan hal yang baru. Layaknya sebagian besar film karya Wilder, ceritanya sangat kuat dan karakter Sefton bisa dikatakan menjadi tokoh sentral yang sering melontarkan kalimat-kalimat sinis namun masuk akal. Karakter lain tidak kalah kuat, di dalam kamp itu mau tidak mau para tawanan harus bertahan hidup, disitulah terlihat apakah setiakawan dan pangkat masih dianggap atau tidak.
Secara tidak langsung Wilder menyajikan drama manusia yang sangat realistis, betapa penjara bisa mengubah watak manusia, bahkan tentara yang dianggap tangguh sekalipun. Uniknya karakter utamanya adalah Sefton, seorang tawanan yang egois dan tidak peduli dengan sesama tawanan lainnya sama sekali, seolah film menyelipkan pesan bahwa kalau mau bertahan hidup dalam kondisi ekstrim, jadilah orang egois.
Ringkasan Cerita
Di kamp tawanan, beberapa tawanan: Sefton (William Holden); seorang tawanan yang sinis dan hanya memikirkan dirinya sendiri, Hoffy (Richard Erdman); seorang kepala barak, Stanislas Kasava (Robert Strauss) beserta temannya Harry (Harvey Lembeck), dan juga Joey (Robinson Stone); seorang tawanan yang bisu. Lalu ada penjaga penjara yaitu tentara Jerman bernama Kolonel Von Scherbach (Otto Preminger) yang kejam dan dingin, beserta ajudannya Sersan Schulz (Sig Ruman) yang kocak tapi kejam juga. Dalam usaha untuk kabur, dua tawanan tewas dan para tawanan yang ada di barak menjadi heran, kenapa rencana kabur tersebut bisa diketahui oleh pihak Jerman, dan lambat laun mereka pun mencurigai pasti ada orang yang mengadu di dalam barak mereka tersebut.
Karena Sefton yang egois dan juga suka menyendiri, maka ia menjadi tersangka utama mereka, meskipun ia sudah menyangkal atas tuduhan tersebut. Lebih malang lagi bagi Sefton, ia dikeroyok karena dianggap pengkhianat. Kesal dengan keadaannya, Sefton melakukan penyelidikannya sendiri untuk mencari tahu siapa pengkhianat di antara mereka, dan ternyata ada kejutan yang mengerikan di akhir film.
No comments:
Post a Comment